Semut dan Nabi Sulaiman
S
|
ulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT. sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud-hud dan juga bisa memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml[27] ayat18-26 adalah contoh dari sebagian ayat yang menceritakan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini.
Dalam AlQuran terdapat kisah-kisah yang berhubungan dengan peran binatang didalamnya sebagai cerminan kehidupan manusia. Bagi sebagian umat islam, kisah Nabi Sulaiman dan semut ini tidak asing lagi bagi mereka, dimana kita bisa mengambil hikmah yang terkandung dalam cerita ini untuk lebih meningkatkan keimanan kita kepada Allah Yang Maha Esa
Firman Allah, “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.“
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (An-Naml[27]: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as. bertanya kepada seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga dapat memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebagian sebagai bekal tahun berikutnya.
Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah relatif dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kelemahannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Karena itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman. Bukan karena khawatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khawatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.
Wallahu a’lam bisaalam
Semoga artikel Semut dan Nabi Sulaiman bermanfaat bagi Anda.
Posting Komentar